Wonder Eyes, by Hikaru Nagatake & WWF Indonesia

Photo by Fana Gilang Ramadhan

Photo by Fana Gilang Ramadhan

Wondering Eyes, Wonderful Eyes

By Jerry Aurum

Mata adalah jendela jiwa untuk mengintip dunia. Kita bisa melihat banyak, namun visual yang terekam tidaklah memberi makna apapun selama tidak terolah dalam akal pikiran, atau lebih dalam lagi, dalam perasaan kita. Seiring pertumbuhan kita menjadi manusia dewasa, pemaknaan kita terhadap kehidupan di sekitar kita semakin lama semakin mengkristal, semakin matang, dalam bahasa umumnya. Kematangan ini menjadi pola kita berpikir dan bertindak, terpengaruh dari pengalaman yang pernah kita alami tentunya.

Apakah ada yang salah dari wacana ini? Sulit disimpulkan, namun yang pasti, banyak yang kita lupakan akan sudut pandang kita terhadap berbagai hal sewaktu kita kecil. Apa yang menarik buat kita? Apa yang membangkitkan semangat? Menggugah keingintahuan? Membuat kita berkhayal? Membuat kita bercita-cita? Atau sekedar mengagumi keindahan yang kemudian jadi memori?

Bagaimana bila kita mendapatkan kesempatan untuk kembali meneropong sekitar kita dari kacamata kita sewaktu kita kecil, belasan atau puluhan tahun yang lalu? Dapatkah kita mengira-ngira, apa yang akan kita rekam (start wondering)? Akankah sekeliling kita seindah, atau seburuk yang kita pikir sekarang (is it wonderful)?

Agaknya ide inilah yang menjadi dasar pemikiran seorang Hikaru Nagatake, fotografer kawakan dari Jepang yang telah melanglang-buana dari pedalaman Amazon, Eropa hingga pelosok Asia. Sempat lama menjadi fotografer Magnum, tentu saja daya eksplorasi dan estetika Hikaru telah menempatkannya dalam jajaran fotografer internasional terpandang.

Hikaru muncul dengan ide Wonder Eyes hampir 10 tahun yang lalu. Ketika itu ia sedang meliput di kawasan konflik di Timor Timur. Hikaru melihat betapa anak-anak disana tetap saja menjadi anak-anak dengan segala sifat dasarnya, walaupun konflik mengerikan sedang terjadi disekelilingnya. Tertariklah Hikaru untuk melihat lebih jauh, melalui mata anak-anak itu.

Prasetyo

Photo by Prasetyo

Dalam program Wonder Eyes, Hikaru mengunjungi desa-desa terpencil di dunia, termasuk di Bukit Barisan Selatan di Lampung dan desa Tessonilo di Riau. Ia membagikan puluhan kamera saku instan dan digital kepada anak-anak dan meminta mereka untuk memotret apa saja yang menarik untuk mereka. Sebagian harus memotret di tempat, sebagian boleh membawanya pulang ke rumah. Tidak hanya itu, mereka kemudian beramai-ramai mencetak hasil fotonya, menyaksikan keajaiban printer bekerja.

Apakah yang kita temui? Kejujuran, kepolosan, estetika, daya nalar dan semangat. Tanpa pengajaran, konten dan konteks visualisasi anak-anak ternyata tidak pernah gagal mengejutkan kita. Lihatlah foto seorang bapak memamerkan otot tubuhnya karya Nurul Zainuri. Cermati foto seorang anak kecil sedang melompat ke sungai, dengan momen jepret yang jitu. Atau foto seorang anak lainnya di tengah lokasi longsor, dengan komposisi asimetris. Foto makro embun menetes di dedaunan yang memerlukan ketajaman estetika, jepretan Fana Gilang Ramadhan.

Kita beralih ke foto seekor semut raksasa dekat sebilah kayu karya Danang. Penempatan kayu dan latar belakang kerikil memberi kita perbandingan besar objek, entah disadari oleh sang pemotret atau tidak. Bandingkan dengan foto seorang anak perempuan dalam seragam sekolah, a la portraiture, oleh Rosiana Desmayanti. Atau foto capung merah tua karya Lucky, sangat kontras di depan latar hijau.

Danang

Photo by Danang

Desmayanti

Photo by Desmayanti

Dilihat dari sisi teknis fotografinya, sudah layak kiranya kita berdecak kagum. Namun kekuatan sesungguhnya ada di dalam latar belakang pemotretannya. Mereka memilih dengan jujur apa yang hendak mereka foto, yang mewakili ketertarikan mereka akan hal itu. Tidak banyak, atau mungkin bahkan tidak ada, tujuan lain yang ingin mereka sampaikan. Tidak ada politik, tidak ada agenda.

Hikaru mengusung kekuatan besar dalam kesederhanaan idenya sebagai penggagas Wonder Eyes. Ia memperlihatkan kepada dunia, talenta terpendam dari orang-orang, atau anak-anak, yang luput terperhatikan. Ia mengingatkan kita, akan keindahan kehidupan alami yang mungkin tidak pernah kita rasakan, atau mungkin telah kita rusak. Ia membuat kita merenung, memberi kilas balik, merasakan kembali impian kita, dengan meminjam jasa anak-anak yang mungkin tidak pernah melihat kamera apapun dalam hidup mereka sebelumnya.

Start wondering, how wonderful life can be? You should.

Jakarta, Februari 2010

All images are properties of Wonder Eyes and Hikaru Nagatake. Please use with permission.

———-

You just read my curation on Wonder Eyes photo exhibition. It is exhibited in Jakarta in February 2010 (Taman Menteng and Japan Foundation) and continuing in Japan, also in this year.

Some images from the discussion session on Feb 12 at Taman Menteng:

Me, Hikaru Nagatake & Rini from WWF Indonesia

Me, Hikaru Nagatake & Rini from WWF Indonesia

The talented photographer,

Dien the MC and the talented photographer,Nurul Zainuri

Smile!

Smile!

Tags: , , , , , , , , , , , ,