
Duduk manis mendengarkan pak guru
Klub foto saya, dan satu-satunya organisasi fotografi yang saya ikuti, Perhimpunan Amatir Foto atau yang dikenal dengan PAF, barusan ultah, ke 86, dirayakan di Vin’s Berry, Bandung, Februari lalu. Udah kakek-kakek. Umurnya yang lanjut menjadikan PAF sebagai klub foto tertua di Indonesia. Masihkah ada yang menarik untuk ikut klub foto? Apa untungnya? Bagaimana resepnya untuk bisa bertahan, mengingat sifatnya yang non profit?
Saya masuk PAF tahun 94, disaat saya menganggur selama setahun, tidak keterima masuk universitas idaman saya. Nah, kelimpunganlah saya mencari ‘sekolah’ sementara dan bermuaralah hari-hari saya di PAF, yang pada saat itu sedang bangga-bangganya dengan sekretariat barunya yang berlantai 3. Hunting foto bareng adalah salah satu yang paling saya gemari (sehingga saya tidak perlu nyetir ke lokasi). Begitu juga lomba foto bulanannya (ajang unjuk gigi) dan pertemuan bulanannya (ajang cari jodoh. Sayang, 99% laki semua).
PAF bertahan 86 tahun. Kuncinya? Respect and fun. Being respected: Senior-seniornya terpandang, diakui di dunia lomba amatir, selalu ringan tangan membantu klub dan terutama, membantu yang muda-muda. Being fun: Suasana kekeluargaannya itu loh. Kultur PAF itu selalu ‘rendah hati’, tidak sibuk membandingkan gengsi kamera, tapi kualitas karya. Jadi, fun-fun aja.
So guys, bergabunglah dengan klub foto manapun. You will learn more and it’s always fun!
Catatan: Sewaktu seorang senior PAF Andi Wijaya meminta saya berbagi ilmu di acara ultah, saya katakan, saya tidak mau datang kalau kurang dari 100 orang. Hasilnya? 250 orang duduk manis mendengarkan. Thanks Pak dan salute untuk panitia. Just like our old days at the club, rame!

Ketua baru potong tumpeng

Lomba mengerubungi model

Yang belum pulang sempetin bikin foto keluarga